Kontroversi Puskas Award: Gol Mohamed Salah & Perubahan Krusial Sistem Penilaian FIFA
Pelajari bagaimana kontroversi pemenang tahun 2018 mengubah masa depan penghargaan gol paling spektakuler di dunia.
FIFA Puskas Award adalah penghargaan tahunan yang diberikan oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) untuk menghargai gol paling estetis dan spektakuler yang dicetak dalam satu tahun kalender. Dibentuk pada tahun 2009, penghargaan ini bertujuan mengapresiasi keindahan dalam sepak bola.
Namun, prestise penghargaan ini pernah diuji oleh sebuah kontroversi besar pada edisi 2018, yang melibatkan penyerang bintang Liverpool, Mohamed Salah. Kontroversi tersebut ternyata memiliki dampak fundamental: FIFA kemudian secara resmi mengubah sistem penilaian Puskas Award secara permanen.
Kontroversi Gol Mohamed Salah 2018: Mengapa Fans Meradang?
Pada tahun 2018, Mohamed Salah keluar sebagai pemenang Puskas Award berkat golnya saat Derby Merseyside melawan Everton. Gol tersebut lahir dari aksi individu yang memukau, di mana Salah melewati dua pemain lawan sebelum melepaskan tembakan melengkung ke sudut gawang.
Meskipun indah, kemenangan Salah dengan 38 persen suara penggemar memicu perdebatan sengit. Banyak penggemar dan pengamat sepak bola di media sosial merasa gol Salah tidak sebanding dengan dua pesaing utamanya:
- Sepakan **salto Gareth Bale** di Final Liga Champions.
- Aksi **akrobatik Cristiano Ronaldo** saat melawan Juventus.
Opini publik mempertanyakan keadilan voting, mengingat Puskas Award saat itu ditentukan 100% oleh suara penggemar melalui situs resmi FIFA. Banyak yang menilai gol Salah bukanlah yang terbaik dari 10 kandidat, bahkan bukan gol terbaik yang pernah dicetak Salah pada musim 2017-2018.
Transformasi Puskas Award: Sistem Penilaian Baru Pasca-Salah
Kontroversi yang memuncak pada tahun 2018 menjadi titik balik. FIFA menyadari bahwa sistem yang sepenuhnya mengandalkan popularitas (fan vote) berisiko mengesampingkan kualitas teknis dan keindahan gol yang sesungguhnya. Untuk mengembalikan integritas penghargaan, FIFA segera **mengubah mekanisme pemilihan** pemenang.
Saat ini, pemenang Puskas Award ditentukan melalui dua komponen utama:
- **Voting Publik:** Suara penggemar masih menjadi bagian penting dan akan menentukan tiga gol teratas.
- **Panel Ahli/FIFA Legends:** Setelah tiga besar didapat, pemenang akhir dipilih oleh **panel ahli** yang ditunjuk FIFA (biasanya para legenda sepak bola). Panel ini memiliki bobot suara yang sama besar dengan voting publik, yakni 50% - 50%.
Perubahan ini memastikan bahwa popularitas pemain tidak lagi menjadi faktor tunggal penentu kemenangan, melainkan diimbangi oleh penilaian profesional dari tokoh-tokoh yang kompeten di dunia sepak bola.
Rizky Ridho, Kebanggaan Indonesia di Nominasi Puskas Award 2025
Edisi Puskas Award tahun ini terasa spesial bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemain asal Indonesia berhasil masuk dalam daftar nominasi FIFA Puskas Award 2025. Bek Persija Jakarta, Rizky Ridho, masuk nominasi berkat gol spektakuler setengah lapangannya ke gawang Arema FC di Liga 1 2024-2025.
Masuknya Rizky Ridho membuktikan bahwa penghargaan ini terus berkembang. Kontroversi masa lalu telah membentuk sistem penilaian yang lebih adil, memberikan kesempatan yang sama bagi gol-gol spektakuler dari liga dan pemain mana pun, termasuk dari Indonesia. Para penggemar kini berkesempatan mendukung gol kebanggaan Indonesia ini melalui voting yang akan menjadi setengah dari bobot suara.
Kesimpulan
Kasus kemenangan Mohamed Salah pada tahun 2018 menjadi pelajaran berharga bagi FIFA. Kontroversi tersebut tidak hanya memicu perdebatan panas, tetapi juga mendorong reformasi positif dalam sistem penilaian Puskas Award. Dengan kombinasi suara publik dan penilaian ahli, FIFA berharap penghargaan ini akan selalu diberikan kepada gol yang benar-benar layak menyandang predikat paling indah dan spektakuler di dunia.
Posting Komentar untuk "Kontroversi Puskas Award: Gol Mohamed Salah & Perubahan Krusial Sistem Penilaian FIFA"