Catatan Dahlan Iskan: Utang Whoosh Berat, Akibat Ekonomi RI Kehilangan Satu Dekade
Jakarta – Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) terus menjadi sorotan, terutama mengenai beban utang yang harus ditanggung. Dalam Catatan Harian Dahlan Iskan (Disway) terbarunya, mantan Menteri BUMN itu memberikan analisis tajam, menyimpulkan bahwa beratnya utang Whoosh merupakan konsekuensi langsung dari kegagalan Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi yang seharusnya.
Dahlan Iskan secara lugas menyatakan, beban finansial Kereta Cepat Jakarta-Bandung terasa berat karena ekonomi Indonesia tidak mampu tumbuh secepat yang diharapkan.
Kegagalan Mencapai Pendapatan Per Kapita USD12.000
Menurut Dahlan Iskan, ketika Presiden Jokowi mencetuskan proyek Whoosh, Pendapatan Per Kapita rakyat Indonesia berada di angka USD5.000. Idealnya, setelah 10 tahun (saat proyek selesai), angka ini harusnya telah melonjak menjadi USD12.000.
"Harusnya, 10 tahun kemudian, ketika proyek kereta cepat itu selesai, pendapatan perkapita rakyat kita mencapai USD12.000. Nyatanya tidak. Selama 10 tahun kita berjalan di tempat. Bahkan, turun ke USD4.800," tulis Dahlan Iskan.
Penurunan atau stagnasi di sekitar angka USD5.000 inilah yang menjadi biang keladi di balik beratnya cicilan dan bunga utang Whoosh.
Logika Tiket dan Daya Beli Rakyat
Dahlan Iskan menggunakan ilustrasi harga tiket untuk menjelaskan keterkaitan antara Pendapatan Per Kapita dengan kelangsungan bisnis Whoosh.
Jika Pendapatan Per Kapita Indonesia sudah mencapai USD12.000, masyarakat akan merasa "enteng" membeli tiket Whoosh seharga Rp1 Juta per kursi. Dengan harga tiket setinggi itu, proyek Kereta Cepat dinilainya bisa membayar sendiri cicilan dan bunganya tanpa terlihat membebani.
Namun, karena daya beli rakyat tidak tumbuh seiring ambisi proyek, operator Whoosh tidak bisa mematok harga tiket setinggi itu. Hal ini mengakibatkan proyek yang menelan investasi besar tersebut kesulitan mencapai titik impas dan terpaksa mencari skema pembiayaan alternatif.
Utang Whoosh Mirip Utang Lama Garuda
Dahlan Iskan membandingkan masalah utang Whoosh dengan utang lama yang pernah membelit PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ia optimis bahwa cepat atau lambat, Whoosh akan menemukan jalan keluarnya, mirip dengan bagaimana Garuda akhirnya bisa "terbang" lagi.
Meski demikian, Dahlan Iskan menutup catatan hariannya dengan peringatan keras: bahwa proyek ambisius saja tidak cukup, dan bahwa Indonesia seolah kehilangan satu dekade waktu berharga untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya.
Pernyataan ini muncul di tengah panasnya isu penyelesaian utang Kereta Cepat, di mana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah menolak skema yang melimpahkan beban utang kepada APBN, dan menyerahkan solusi kepada Danantara sebagai pengelola dana BUMN.

Posting Komentar untuk "Catatan Dahlan Iskan: Utang Whoosh Berat, Akibat Ekonomi RI Kehilangan Satu Dekade"