Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Skandal Naturalisasi Malaysia: Terbongkar Gara-Gara "Lidah" Pemain, Media Vietnam Soroti Keceplosan Fatal

 


Dunia sepak bola Asia Tenggara diguncang kabar mengejutkan: skandal naturalisasi ilegal yang melibatkan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemainnya telah terbongkar, berujung pada sanksi berat dari FIFA. Namun, di tengah riuhnya drama ini, ada satu narasi yang paling mencuri perhatian, terutama dari media Vietnam: tudingan bahwa skandal tersebut terkuak justru karena keceplosan kata-kata dari salah satu pemain naturalisasi itu sendiri.

Media-media di Vietnam, yang diketahui memiliki persaingan sengit dengan Malaysia di level tim nasional, ramai mengangkat kisah tentang bagaimana "lidah" seorang pemain menjadi awal mula bencana bagi Harimau Malaya.

Kecurigaan yang Berawal dari Kata-Kata

Skandal ini mencuat setelah FIFA menjatuhkan sanksi denda dan larangan bermain selama satu tahun kepada tujuh pemain naturalisasi Malaysia—termasuk nama-nama besar seperti Facundo Garces—dan denda besar untuk FAM. Hukuman ini diberikan karena adanya pemalsuan dan manipulasi dokumen terkait garis keturunan pemain, yang melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA.

Di Asia Tenggara, proyek naturalisasi Malaysia memang kerap menjadi sorotan. Tetapi, petunjuk paling jelas mengenai kecurangan ini konon berasal dari sebuah wawancara. Salah satu pemain yang kini dijatuhi sanksi, diduga Facundo Garces, sempat membuat pernyataan yang bertentangan dengan aturan FIFA mengenai kelayakan pemain keturunan.

Menurut laporan yang beredar luas, termasuk di media Vietnam, sang pemain keceplosan menyebutkan bahwa garis keturunan Malaysia-nya berasal dari buyut (kakek/nenek buyut).

Fatalnya Batasan Garis Keturunan FIFA

Pernyataan "buyut" ini menjadi titik krusial. Dalam aturan FIFA, seorang pemain bisa dinaturalisasi berdasarkan garis keturunan jika ia memiliki kakek atau nenek (orang tua dari ayah atau ibunya) yang lahir di negara yang ingin ia bela.

Jika garis keturunan yang diklaim berasal dari buyut (generasi keempat), maka klaim tersebut secara otomatis tidak sah di bawah regulasi FIFA, kecuali sang pemain memenuhi kriteria lain, yaitu pernah tinggal secara terus-menerus di negara tersebut selama minimal lima tahun setelah usia 18 tahun—kriteria yang sulit dipenuhi oleh pemain yang baru direkrut.

Keceplosan lidah Garces yang menyebut "buyut" membuka kotak pandora dan memberi petunjuk kuat kepada pihak-pihak yang mencurigai legalitas proses naturalisasi. Perbedaan satu generasi ini menjadi garis pemisah antara naturalisasi yang sah dan pemalsuan dokumen.

Sorotan Media Vietnam

Media Vietnam, yang mungkin merasa dirugikan oleh hasil pertandingan melawan Malaysia di Kualifikasi Piala Asia 2027 di mana para pemain bermasalah ini ikut berlaga, secara gencar memberitakan insiden ini. Mereka menyoroti bagaimana kebohongan besar FAM dan para pemainnya akhirnya terkuak hanya karena satu kata yang salah yang diucapkan di depan publik.

Bahkan, ada spekulasi liar yang menyebutkan bahwa kasus ini dilaporkan ke FIFA tak lama setelah Malaysia berhasil mengalahkan Vietnam, dengan pihak-pihak yang curiga memanfaatkan pernyataan 'buyut' ini sebagai bukti awal.

Kini, skandal "naturalisasi lidah" ini tak hanya merusak citra sepak bola Malaysia tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang integritas proses naturalisasi di kawasan Asia Tenggara. Insiden ini menjadi pengingat yang menyakitkan: dalam dunia sepak bola, setiap detail, bahkan sepatah kata yang terucap, bisa memiliki konsekuensi hukum dan sanksi yang sangat serius.

Bagaimana pendapat Anda? Apakah ini murni kecerobohan atau memang ada upaya sistematis yang gagal total karena detail sekecil itu?

Live : lvoplayer.com

Posting Komentar untuk "Skandal Naturalisasi Malaysia: Terbongkar Gara-Gara "Lidah" Pemain, Media Vietnam Soroti Keceplosan Fatal"